Edit Content

About Us

We must explain to you how all seds this mistakens idea off denouncing pleasures and praising pain was born and I will give you a completed accounts off the system and expound.

Contact Info

 Survei Nagara Institute Ungkap Fenomena “Apatisme Politik” Menjelang Pilkada 2024

Survei Nagara Institute Ungkap Fenomena “Apatisme Politik” Menjelang Pilkada 2024

Dalam sebuah temuan yang mengejutkan, survei terbaru Nagara Institute mengungkapkan adanya fenomena “apatisme politik” di kalangan pemilih Indonesia menjelang Pilkada 2024. Hasil penelitian yang dirilis di kantor Akbar Faizal Uncensored Jakarta pada Kamis (19/12/2024) ini memberikan gambaran menarik tentang perilaku politik masyarakat Indonesia.
Ketidaktertarikan Masyarakat terhadap Partai Politik
Sulfikar Amir, Kurator Nagara Institute, memaparkan data yang mencengangkan. “Sekitar 80 persen masyarakat tidak terlalu aktif atau bahkan tidak aktif sama sekali dalam partai politik,” ungkapnya. Lebih lanjut, survei menunjukkan bahwa 56% responden sama sekali tidak terlibat dalam kegiatan partai politik, sementara 28,75 persen sangat jarang terlibat.
Rendahnya Partisipasi dalam Kegiatan Politik
Ketidaktertarikan ini tercermin pula dalam rendahnya partisipasi masyarakat pada kegiatan-kegiatan politik. Survei mengungkapkan bahwa 53,08 persen responden tidak pernah menghadiri acara yang diselenggarakan partai politik, seperti kampanye atau dialog warga. Bahkan untuk kampanye pemilu yang dihadiri langsung oleh pasangan calon, 48,08 persen responden mengaku tidak pernah hadir.

Minimnya Simpati terhadap Partai Politik
Yang lebih mengkhawatirkan, survei ini juga mengungkap rendahnya tingkat simpati masyarakat terhadap partai politik. Sebanyak 21,50 persen responden menyatakan sama sekali tidak menyukai atau bersimpati pada partai politik manapun, sementara 49 persen hanya sedikit menyukai.
Perbedaan Persepsi Desa dan Kota
Menariknya, survei ini juga mengungkap perbedaan persepsi antara masyarakat desa dan kota. “Orang-orang di pedesaan cenderung lebih toleran dengan politik dinasti ketimbang orang perkotaan,” tutur Sulfikar, menambahkan dimensi baru dalam analisis perilaku pemilih.
Metodologi Survei

Survei ini dilakukan dalam rentang 2-10 November 2024, melibatkan 1.200 responden melalui metode Random Digital Dialing (RDD), dengan margin of error (MoE) 2,9 persen.
Temuan-temuan ini membuka diskusi penting tentang masa depan demokrasi Indonesia. Apakah apatisme politik ini merupakan tanda kekecewaan masyarakat terhadap sistem yang ada, atau justru cerminan dari kurangnya edukasi politik? Bagaimana para pemangku kepentingan dapat merespons fenomena ini untuk memperkuat partisipasi demokratis di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen masyarakat menjelang Pilkada 2024.*

 

Editor: Meika Ardhianto

Sumber: Liputan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *